Mengenal Hedonisme, Gaya Hidup Konsumtif yang Bisa Bikin Keuangan Merana - Anda pasti pernah mendengar kata ‘hedon’ seperti dalam percakapan sehari-hari 'hedon banget sih kamu' dan sebagainya. Biasanya, kata tersebut digunakan untuk menggambarkan atau mengkritik seseorang yang memiliki gaya hidup konsumtif, boros menggunakan uang untuk hal-hal yang tidak penting.
Kata hedon lazim juga dilontarkan kepada seseorang yang mempunyai hasrat belanja tinggi, membeli barang ini itu tanpa berpikir panjang. Sebetulnya apa sih yang dimaksud hedonisme dan seluk beluknya, sampai cara menghindari perilaku hedonisme? Berikut penjelasannya seperti dikutip dari berbagai sumber.
Jawaban atas pertanyaan Socrates yang kemudian menjadi pandangan hedonismeos atau yang sekarang dikenal dengan nama hedonisme ini berawal dari pemikiran beberapa filsuf lainnya, seperti Aristippus dan Epikuros. Kedua filsuf tersebut memiliki pandangan berbeda terhadap hedonismeos.
Aristippus menggambarkan semua kesenangan manusia bersifat fisik, begitupula dengan ketidaksenangannya. Sedangkan Epikuros mengartikan hedonismeos adalah kebahagiaan manusia harus didapat dengan menyeimbangkan hal positif dan negatif. Berbeda dengan Aristippus, Epikuros menanamkan sisi-sisi spiritual pribadi individu di dalam pemikirannya.
Selanjutnya berbagai orang yang mendeskripsikan pemikiran ini di masa-masa modern pada akhirnya memiliki pandangan dengan garis besar yang sama, bahwa hedonisme adalah pandangan seseorang yang berusaha hidup untuk mencari kesenangan sebagai tujuan paling utama, terutama untuk dirinya sendiri.
Bila Anda melihat makna dari hedonisme pada awal munculnya pandangan ini, maka hedonisme bukanlah suatu hal yang benar-benar buruk. Mencari kesenangan dalam hidup bukanlah hal yang salah di kehidupan yang singkat ini. Namun bila mencari kesenangan dijadikan sebagai tujuan mutlak, maka seseorang tidak akan memiliki empati terhadap individu lainnya karena hanya berusaha terus menerus memenuhi kesenangan pribadi.
Ada dua faktor mengapa perilaku dan cara pandang hidup manusia bisa mengarah kepada hedonisme, antara lain:
Munculnya hedonisme di masyarakat membawa dampak positif dan negatif. Dari sisi negatif, orang- orang yang menganut pandangan hidup hedonisme memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Di sisi lain, perilaku hedonisme dapat memberikan sisi positif terhadap orang yang menganut cara pandang hidup tersebut, di antaranya dapat memanfaatkan segala kesempatan dengan baik, pantang menyerah dalam mencapai tujuan, dan memiliki motivasi yang kuat untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Sedari kecil terlalu dimanjakan orangtua, diberi berbagai fasilitas atau kemudahan sehingga merasa selalu mendapatkan apa yang diinginkan tanpa mempedulikan neraca kebutuhan, dan faktor lainnya
Kehadiran ‘influencer’ di media sosial sangat mempengaruhi rasa kecemburuan untuk memiliki benda-benda mewah yang sebenarnya tidak sanggup untuk didapatkan sehingga memaksakan segala cara meskipun harus berutang
Pergaulan atau bergaul dengan orang-orang yang memiliki standar hidup mewah, menggunakan barang-barang bermerek, sehingga muncul rasa minder ketika tidak sepadan dengan mereka. Akhirnya demi mengikuti pergaulan tersebut, Anda rela menghabiskan uang untuk membeli barang yang sama
Menjamurnya akses keuangan bagi masyarakat untuk meminjam uang dan mencicilnya dengan mudah.
Buang jauh-jauh perilaku atau gaya hidup hedon bila Anda tidak ingin terpuruk soal keuangan di masa depan. Ada beberapa cara untuk menghindari perilaku hedon, antara lain:
Kata hedon lazim juga dilontarkan kepada seseorang yang mempunyai hasrat belanja tinggi, membeli barang ini itu tanpa berpikir panjang. Sebetulnya apa sih yang dimaksud hedonisme dan seluk beluknya, sampai cara menghindari perilaku hedonisme? Berikut penjelasannya seperti dikutip dari berbagai sumber.
Pengertian Hedonisme
Hedonisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu hedonismeos dengan kata dasar hedone. Kata hedone memiliki arti ‘kesenangan,’ sedangkan hedonismeos diartikan sebuah cara pandang yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kesenangan sebanyak mungkin. Kesenangan tersebut bisa didapatkan melalui berbagai cara, seperti menikmati hiburan, memiliki harta, kegiatan seksual, dan sebagainya.Sejarah Hedonisme
Kata hedonisme sudah muncul sejak awal munculnya filsafat, atau saat manusia mulai berfilsafat pada tahun 433 Sebelum Masehi. Pandangan ini muncul ketika Socrates, salah satu filsuf paling terkenal mempertanyakan mengenai tujuan hidup manusia di dunia ini. Pertanyaan tersebut akhirnya melahirkan pandangan hedonisme. Pada masa itu hedonisme bukan untuk menggambarkan perilaku negatif, melainkan untuk mendeskripsikan esensi dari eksistensial manusia di muka bumi ini.Jawaban atas pertanyaan Socrates yang kemudian menjadi pandangan hedonismeos atau yang sekarang dikenal dengan nama hedonisme ini berawal dari pemikiran beberapa filsuf lainnya, seperti Aristippus dan Epikuros. Kedua filsuf tersebut memiliki pandangan berbeda terhadap hedonismeos.
Aristippus menggambarkan semua kesenangan manusia bersifat fisik, begitupula dengan ketidaksenangannya. Sedangkan Epikuros mengartikan hedonismeos adalah kebahagiaan manusia harus didapat dengan menyeimbangkan hal positif dan negatif. Berbeda dengan Aristippus, Epikuros menanamkan sisi-sisi spiritual pribadi individu di dalam pemikirannya.
Selanjutnya berbagai orang yang mendeskripsikan pemikiran ini di masa-masa modern pada akhirnya memiliki pandangan dengan garis besar yang sama, bahwa hedonisme adalah pandangan seseorang yang berusaha hidup untuk mencari kesenangan sebagai tujuan paling utama, terutama untuk dirinya sendiri.
Sisi Positif dan Negatif Hedonisme
Bila Anda melihat makna dari hedonisme pada awal munculnya pandangan ini, maka hedonisme bukanlah suatu hal yang benar-benar buruk. Mencari kesenangan dalam hidup bukanlah hal yang salah di kehidupan yang singkat ini. Namun bila mencari kesenangan dijadikan sebagai tujuan mutlak, maka seseorang tidak akan memiliki empati terhadap individu lainnya karena hanya berusaha terus menerus memenuhi kesenangan pribadi.
Ada dua faktor mengapa perilaku dan cara pandang hidup manusia bisa mengarah kepada hedonisme, antara lain:
Faktor dari Dalam (Internal Factor)
Faktor ini sebenarnya tertanam pada diri kebanyakan manusia, mungkin hampir semuanya. Ada rasa tidak pernah puas untuk menyenangkan diri sendiri. Hal itu bisa menjadi positif bila menyalurkannya untuk terus belajar, seperti haus akan ilmu pengetahuan, pendidikan, keinginan untuk lebih maju. Akan tetapi bila rasa tidak pernah puas ini hanya untuk kesenangan pribadi, maka dapat berakibat buruk dan menjadi cikal bakal perilaku konsumerisme.Faktor dari Luar (External Factor)
Salah satu faktor eksternal dari hedonisme di masyarakat, termasuk di Indonesia adalah masuknya globalisasi sehingga Anda mendapatkan berbagai pandangan dan melihat gaya hidup, serta kebiasaan dari luar. Kemajuan teknologi, seperti internet mampu mengubah perilaku masyarakat dalam mendapat kesenangan. Contohnya saja media sosial yang menjamur, di mana para pengguna menunjukkan eksistensinya, seperti memamerkan gaya hidup glamor, barang-barang mewah, dan lainnya.Munculnya hedonisme di masyarakat membawa dampak positif dan negatif. Dari sisi negatif, orang- orang yang menganut pandangan hidup hedonisme memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Cenderung lebih egois
- Tidak memiliki empati terhadap lingkungan sosial
- Berusaha mencapai kesenangannya dengan segala cara
- Melakukan rasionalisasi atau pembenaran atas kesenangan mereka apabila kesenangan tersebut bertentangan dengan norma-norma hukum dan sosial
- Dapat melakukan segala cara untuk memenuhi kesenangannya sehingga mungkin saja akan merugikan orang lain.
Di sisi lain, perilaku hedonisme dapat memberikan sisi positif terhadap orang yang menganut cara pandang hidup tersebut, di antaranya dapat memanfaatkan segala kesempatan dengan baik, pantang menyerah dalam mencapai tujuan, dan memiliki motivasi yang kuat untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Pergeseran Makna Hedonisme di Era Modern
Dewasa ini, makna dari hedonisme ini bagi sebagian besar masyarakat mendeskripsikan hedonisme sebagai sebuah perilaku konsumtif atau konsumerisme yang berdampak buruk bagi penganutnya. Tentu saja gaya hidup ini dipengaruhi faktor internal dan eksternal, di antaranya:Sedari kecil terlalu dimanjakan orangtua, diberi berbagai fasilitas atau kemudahan sehingga merasa selalu mendapatkan apa yang diinginkan tanpa mempedulikan neraca kebutuhan, dan faktor lainnya
Kehadiran ‘influencer’ di media sosial sangat mempengaruhi rasa kecemburuan untuk memiliki benda-benda mewah yang sebenarnya tidak sanggup untuk didapatkan sehingga memaksakan segala cara meskipun harus berutang
Pergaulan atau bergaul dengan orang-orang yang memiliki standar hidup mewah, menggunakan barang-barang bermerek, sehingga muncul rasa minder ketika tidak sepadan dengan mereka. Akhirnya demi mengikuti pergaulan tersebut, Anda rela menghabiskan uang untuk membeli barang yang sama
Menjamurnya akses keuangan bagi masyarakat untuk meminjam uang dan mencicilnya dengan mudah.
Cara Menghindari Perilaku Hedon dan Konsumtif
Hedon yang dapat mengarah pada perilaku konsumtif merupakan kebiasaan hidup yang dapat merusak keuangan Anda. Gaya hidup seperti ini sudah melekat di kalangan generasi milenial. Gaji anak-anak muda ini habis untuk nongkrong di kafe, jajan kopi, makan di restoran, jalan-jalan, dan perilaku konsumtif lainnya tanpa memiliki tabungan maupun investasi.Buang jauh-jauh perilaku atau gaya hidup hedon bila Anda tidak ingin terpuruk soal keuangan di masa depan. Ada beberapa cara untuk menghindari perilaku hedon, antara lain:
Post A Comment:
0 comments: